Minggu, 29 Mei 2011

Khun345 part 4 (cerpen)

sebelumnya :
part 1
part 2
part 3

Aku datang di restaurant pukul 8 lewat 50. Berarti aku lebih cepat 10 menit dari waktu yang dijanjikan. Aku segera memesan bangku no. 13. Bangku ini berada di ujung balkon vie lautnya terasa sekali. Karna masih pagi liburan anak sekolah seperti sekarang, sangatlah sepi. Sembari menunggu Khun, aku membaca menu yang tersedia.
Selusin mawar tiba-tiba berada didepan ku, dan Jenar duduk satu meja denganku. Detak jantungku tidak karuan, mengapa Jenar? Apa yang dia lakukan disini?
“hai Jen, nunggu seseorang juga? Hmm.. ini bunga lo?” ucapku dengan gugup.
“hai.. sorry siapa nama lo?”
“Ghina, inget waktu itu kita foto bareng di Pensi?”
“hmm.. gue lupa. Hehe, abisnya banyak sih yang gue ajak foto waktu itu.”
“ohh..” gumamku. aku sangat sakit hati mendengar ucapannya, aku fikir lebih baik jika aku pergi saja. Jenar, mengapa kamu begitu ketus?
..eh iya, lo mau di meja ini? Gue pindah meja ya?” sambungku.
“iya gue mau di meja ini, gue janjian sama cewek di meja no. 13”
“oh ya? Kebetulan banget, sama.. yauda gue ngalah aja..have fun jen”
“ghin… maksud gue, gue janjian sama Ghina cutez. Haha”
“maksud lo? Eh, bentar gue telfon temen gue dulu dia suka banget telat”
“oke.”

Tiba-tiba handphone Jenar yang ada di meja bergetar dan menunjukkan itu nomorku. Aku bingung ingin berbuat apa. Aku rasa aku akan membunuh diriku sendiri jika aku ada di atas tebing. Aku deg-degan, apa yang harus aku katakan? Khun yang selama ini tempat aku curhat tentang Jenar adalah Jenar itu sendiri?
“Ghin, lo bisa duduk bentar?”
“apa lo bilang? Duduk? Gimana gue bisa duduk ngeliat kejadian ini? Khun…? Itu elo? Semua perasaan gue tentang lo, gue kasih tau ke Khun, gue share everything dengan Khun. Dan Khun itu adalah lo? Lo gak pernah tau kan cuman ngeliat Jenar ngebuat dunia berenti bagi gue. Dan lo adalah khun? Lo mau ngebuat gue mati?! Maksud lo apa sih pura2 jadi Khun? Maksud lo apa?!” amarahku keluar disertai tangis.

Khun berdiri, dan mengacak-acak rambutku, tatapan matanya sungguh seperti oasis di gurun sahara. Bibirnya seperti madu di lading gandum, semuanya begitu sempurna saat ini.
“I love you too, Ghina Dewi Kusuma.”

0 komentar:

Posting Komentar

 

write, read, love. Template by Ipietoon Cute Blog Design