Mungkin waktu
merupakan delusi yang sangat hebat terjadi disetiap aliran arus kehidupan,
detik demi detik, denyut nadi demi denyut nadi, hembusan nafas demi hembusan
nafas. Kita mengalir di dalam waktu
seperti sedang menaiki sebuah peruahu kecil didalam sebuah arus air. Kadang dia
arusnya tenang, kadang kuat, kadang ada saja kerikil yang membentur ke badan
perahu tapi, kita tidak tau kemana arah perahu itu sebenarnya melaju. Kita hanya
bisa sayup-sayup merencanakan, tapi tetap aruslah yang membawa kita sampai pada
tempat kita yang semestinya.
Aku terlintas untuk membuat tulisan ini saat melihat postingan salah satu teman saya dari pers kampus, memposting foto jaman smp/smanya dan menjelaskan betapa rindunya dia dengan
masa itu dan betapa cepatnya waktu berlalu. Di foto itu, ia tampak mengenakan pakaian
seragam yang sedikit kebesaran, diatas lapangan yang bertumbuhkan rumput yang
cukup lebat setinggi setengah lututnya, ia sedang bergaya hormat dengan
pandangan mendongak keatas hormat entah kepada tiang bendera atau awan atau
malah Sang Pencipta. Dalam foto tersebut ada dua orang temannya juga yang
melakukan gaya foto yang sama berlatarkan beberapa pohon besar yang berada di
kejauhan dari tempat mereka bergaya dan pagar pembatas sekolah yang berbatas
dengan jalan. jalan yang sepi dan asri khas keadaan desa-desa di Indonesia.
Sejenak aku
terbawa euforia akan foto tersebut dan menghanyutkan ku akan kegiatan beberapa
tahun silam. Mungkin temanku saat itu tidak pernah terfikir untuk merantau ke
Jakarta, kota yang cukup berbeda dengan kampung halamannya yang asri, mungkin loh....Jakarta, Kota yang
serba sibuk dan sangat sesak akan manusia. Seketikapun aku berfikir, foto ini
membawaku pada kenangan 7 tahun silamku. Sedang apa aku 7 tahun yang lalu? Aku tentunya
masih SMP dengan begitu banyak kegiatan yang menyenangkan, tidak pernah
terfikir olehku akan berada di kost-kost an yang jauh dari orang tua, duduk
terpaku di depan laptop menulis tentang gambaran sebuah foto yang membuatku
terbang menuju memori 7 tahun silamku. Ahh..... tahun 2007, aku smp kelas 8,
sekolahku berada di jalan jenderal sudirman bandar lampung, smp paling kecil di Bandar Lampung,
kami bahkan harus antri untuk masuk kedalam kantinnya. Hanya ada 5 kelas di
satu angkatan, karena jumlah kami yang sedikit sangat mudah bagi kami untuk
kenal satu sama lain. Teringat setiap pagiku selalu diantar oleh Adikku, yang
sekarang sudah beristirahat dengan tenang disisiNya, walau masih kecil, tapi
kami berani saja naik motor sejauh 8 km dari rumah. Aku mulai mengenal dunia
warnet (warung internet) dimana pada jaman itu sangat hits sekali game online. Aku
mulai mengenal sms-an dengan lawan jenis, aku mulai memperhatikan penampilanku, memperhatikan jerawatku yang tidak pernah tuntas hidup di wajahku, aku mulai mengenal teman-teman dekatku sampai sekarang. Aku diam
dan menyelami fikiranku akan kehidupanku 7 tahun yang lalu. Aku gadis yang
begitu ceria, tidak nampak sedikitpun kesedihan atau kekhawatiranku tentang
satu hal pun, kecuali ulangan mendadak dari guru fisikaku. Aku yang begitu
polos dan excited mengenal dunia baru, tanpa tau apa yang akan aku hadapi
nanti.
Aku yang tanpa
tau bahwa 7 tahun kemudian aku mempunyai banyak sekali penyesalan dan memori
yang ingin di hapus. tapi aku yakin, kalau saja aku dapat pergi ke 7 tahun yang
lalu untuk memberi tahu aku 7 tahun yang lalu tentang segala hal yang terjadi
sekarang, bahwa Naruto akan tamat, Doraemon akan mengeluarkan film terakhirnya,
laptop akan jadi lebih murah, iPhone bakal booming, kamu akan punya pacar yang
super sayang ke kamu, kamu akan kuliah di Depok, siapa saja mantan kekasih yang
akan ku koleksi selama 7 tahun ini, nasehat-nasehat cinta yang berguna untuk
ku, dan lain sebagainya, aku bisa saja mengubah nasib takdirku. Tapi angan
hanyalah angan. waktu tidak dapat diputar walau hanya ke 1 detik yang lalu.
Sekali lagi,
waktu adalah delusi paling hebat. Ia mempunyai teman-temannya untuk menjaganya
supaya tetap kuat, yatu memori dan takdir. Namun, waktu jugalah yang membentuk
kita menjadi manusia yang berguna, bernama dan terhormat............. atau malah sebaliknya.
Jadi, berbaik-baiklah dengan waktu. Walau kita tak tau sampai kapan arus akan
terus mengalir, berapa banyak hulu dan hilir yang akan kita lewati, berapa
banyak kerikil dan bebatuan akan menghempas perahu kita. Pada akhirnya, hanya doa,
syukur, dan tawakkal kepada Tuhan lah, yang membuat hidup kita tetap nyaman.