Sabtu, 27 Oktober 2012

Berdamai dengan hati, Khanza!


“Oh tidak, aku pasti telat. Telat lagi. Tuhan, mohon berikan satu keajaiban saja untuk hari ini.”gumamku di dalam hati seraya melangkah keluar dari lift gedung VB di Fakultas Vokasi. Yup tepat jam 2 aku ada kelas di FE, sebenarnya aku  dari Fakultas Vokasi Jurusan Akuntansi. Tapi dua hari dalam seminggu aku ada kuliah di FE pada mata kuliah bahasa inggris.

Pada siang yang terik itu, aku sedikit berlari dari gedung VB menuju halte bikun yang berada sekitar 200 meter dari Fakultasku. Sambil berjalan mode cepat aku menggerutu mengapa halte ini ditempatkan begitu jauh dari depan Fakultasku. Sungguh ironis dan tidak adil. Terkadang jika aku harus pulang sampai larut malam, aku merasa sedang berada di dalam salah satu sekuel novel Harry Potter dimana aku berjalan di jalan yang berpaping dihiasi ilalang dan pohon-pohon di kiri dan kanan bahu jalan serta dementor yang siap melahap jiwaku apabila headsetku rusak.

Aku semakin mempercepat langkahku menuju halte, ku intip sedikit jam tangan Baby-Gku menunjukkan pukul 13.47.  Masih sangat segar dalam ingatanku, minggu kemarin aku telat dua menit di kelas Lab Bing dan yang aku dapatkan adalah “My Punctuality is My ‘thing’. You Late! Get out!” thanks to Punctuality. Dan kelas tersebut akan mulai pukul 2 siang. Aku berdoa bikun akan lewat dalam beberapa menit lagi. Dan, keajaiban pun terjadi. Begitu langkahku sampai di halte bikun aku melihat sayup-sayup bus kuning dambaan setiap insan yang sama-sama berdiri disampingku.

 Aku mengucapkan syukur yang banyak kepada Tuhanku seraya naik kedalam Bus Kuning. Siang itu, tidak seberapa ramai aku tidak perlu berdesak-desakan di dalam bikun. Aku duduk dengan santai, karna toh banyak bangku yang masih kosong. Aku memandangi jam selama perjalanan, bahkan setiap 3 detik sekali. Aku berfikir mungkin kalo sudah seperti ini aku tidak akan telat, aku tidak perlu menghabiskan energyku untuk berjalan cepat dari halte FE ke kelas.

 Lalu bus berhenti di fakultas Tekhnik, aku memandangi mantan calon fakultas impianku itu. sambil berfikir betapa dahulu aku sangat menginginkan menuliskan di Bio Twitterku,  Khanza FT UI 2012. Akh tapi harapan itu sudah tidak mungkin lagi. Aku harus realistis, jalani hidup yang sudah Tuhan berikan kepadaku.  Di sela-sela lamunanku tentang FT UI, bangku didepanku, diisi oleh seorang pria yang baru saja masuk dari halte FT. aku memperhatikannya, dia mengenakan baju kaos warna abu-abu  dan jaket jeans dengan panjang lengannya yang sedikit menutupi pergelangan tangannya , serta menggunakan kupluk diatas rambutnya yang gondrong sebahu. Hidungnya sangat mancung, wajahnya tirus, berkulit kecoklatan cukup putih untuk seorang cowok. Tapi tidak lebih putih daripada kulitku. dia mengenakan jeans belel yang sedikit cutbrai.  Tapi penampilannya ini sungguh menarik hatiku. Akh pria ini, sungguh perfect sekali. Dia menggambarkan seperti tokoh Keenan dalam Perahu Kertas, bahkan menurutku dia lebih tampan daripada Adiipati sebagai pemeran  Keenan.

Aku berharap dari halte teknik ke ekonomi akan memakan waktu lebih dari 1 jam, karna aku sudah kecanduan memandangi pria yang tidak tahu namanya siapa ini selama berjam-jam.   Aku rasa.. aku telah jatuh cinta, pada seorang pria tidak dikenal dan tidak tau asalnya darimana. Tapi firasatku dia merupakan mahasiswa Fakultas Teknik.  Aku berdoa agar suatu hari nanti dapat bertemu lagi dengannya, Si-Pria-Pencuri-Hati. Seraya turun dari bikun sambil menyanyikan lirik lagu Taylor Swift – Enchanted.

This night noon is sparkling, don't you let it go
I'm wonder-struck, blushing all the way home class
I'll spend forever wondering if you knew
I was enchanted to meet you

Dijalan menuju kelas aku tidak berhenti-henti bernyanyi. Begitu sampai didepan kelas, aku melihat jam ku, pukul 2 siang kurang 1 menit. Woowwww… its too good to be true! Makasih ya Tuhan. Aku masuk dengan Penuh percaya diri, aku duduk dan… sial! Buku Teks ku ketinggalan di bikun. Rasanya aku ingin sekali menangis. How come sih Za? aku tidak berhenti-henti menyalahkan diriku. Dan yup, peraturan nomor 2 adalah No Text Book is not allowed to enter the class.

Kembali, disiang yang menyebalkan dan sedikit indah ini, aku mendapat cobaan keras lagi. Jatah bolosku sudah habis. Sebagai Mahasiswa Baru aku merasa gagal. Baru pertemuan keempat, dan jatah bolosku sudah habis sampai Ujian Tengah Semester nanti. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar daeri daerah perkuliahan. Menuju kearah resto yang tidak seberapa ramai di FE.

Aku melihat siluet yang aku kenal, dia berdiri membelakangiku salah satu tangannya sesekali mengelus bagian belakang kepalanya. Lalu aku sengaja mendekat, karna nampaknya dia seperti Si-Pria-Pencuri-Hatiku tadi. Semakin aku mendekat, aku semakin menyadari bahwa pria ini sangat tinggi sekali, aku hanya 3 cm dari bahunya. Dia menengok kearahku “eh, ini punya lo?” Tanyanya sambil menunjukkan Buku Teks Lab Bahasa Inggrisku yang bersampul oranye. Aku hanya melongo selama beberapa detik. Dia kembali bertanya dengan nada yang sedikit tinggi “Eh, ini punya lo bukan?” aku langsung menjawab “ah.. i..iya, kok bisa ada di lo? makasih banget yaaa ampun…”
“iya, ini tadi kan jatoh di Bikun”
“aaaa.. makasih banget yaaaa..”
“iya, gue cabut dulu ya. Ati-ati laen kali mbak..” Pria itu langsung pergi meninggalkanku dengan bisuku di belakangnya, aku terus melihatnya yang berjalan semakin menjauh menikmati pemandangannya lagi seperti angin di musim semi. Aku rasanya ingin berputar dan menari serta menjerit “kita joddoooohhhh beybiiiiii!!” ini seperti mimpi. aku sungguh senang sekali. Ternyata benar dia si-Pria-Pencuri-Hatiku di bikun tadi, baik sekali mau mengantarkan buku Lab Bahasa Inggrisku !!

aku sudah mendapatkan buku teksku, tapi percuma saja aku tidak dapat lagi masuk ke dalam kelas. Aku putuskan kembali lagi ke vokasi untuk menghabiskan waktu dan sedikit mengurangi perasaan kesalku hari ini.
Perjalanan menuju fakultas vokasi sungguh di warnai dengan fikiran-fikiran absurd yang ada diotakku. Aku berfikir betapa bodohnya diriku sampai-sampai tidak menanyakan nama orang tersebut. Aku juga berfikir betapa bodohnya aku terlalu gengsi untuk mengejarnya dan sedikit berkenalan. Aaaaahhh.. aku sampai lelah menyalahkan diriku sendiri. 

Disamping itu aku membayangkan wajahnya dan suaranya. Aku berjalan kearah gedung VB di selasar lantai 6. Aku suka sekali duduk-duduk disini. Gedung Vokasi yang mempunyai jendela yang luar biasa besar, serta berada di lantai 6 kita bisa melihat hutan-hutan UI dan Balairung di tengahnya. Sungguh indah sekali. Sejujurnya gedung vokasi ini sungguh nyaman sekali digunakan dengan berbagai macam jurusan didalamnya. Dan juga kelas yang masih baru sehingga masih sangat nyaman untuk digunakan.

Setiap aku duduk diselasar ini, entah kenapa aku langsung bersyukur dengan apa yang telah aku dapatkan saat ini. walau aku tidak berada di Fakultas Teknik sesuai mimpiku ketika di SMA dulu. Terkadang aku di selasar bersama temanku, Rini. Tapi aku lebih sering sendirian disini. Semenjak aku kuliah, aku lebih merasa sendiri. Aku tida punya teman dekat, hanya beberapa orang saja temanku di kelas. Terkadang aku sangat sedih dengan kondisi ini. tapi lama kelamaan aku semakin terbiasa.

Teman-teman SMAku yang berasal dari sekolah yang samapun tidak pernah menjadi teman yang akrab seperti dahulu. Aku merasa ditinggalkan di kota yang sangat asing denganku. Setiap malam aku menangis melihat keadaanku yang tidak lagi sebahagia dulu. Tapi aku harus kuat dan tegar dengan segala keadaan. Aku tidak ingin terlihat lemah, aku hanya boleh lemah di depan tuhanku sendiri. Bahkan aku hanya berdamai dengan mata kuliah-mata kuliah yang bahkan tidak pernah ada di mimpiku sedikitpun sebagai matakuliah yang akan aku dapatkan kelak ketika aku kuliah. Dan perasaan ini terkadang membawaku menjadi seorang pemimpi yang telah gagal.

Karna kesendirianku serta perdamaian batinku  dengan berbagai matakuliah yang dihadirkan di kampus, aku hanya menghabiskan waktu-waktuku untuk mengerjakan tugas dan bermain twitter. Yang dahulu ketika di SMA mengerjakan PR adalah prioritas nomor terakhir dalam hidupku, nomor 1 sampai sebelum terakhir? ya ketemu teman-teman dong!

Sekitar pukul jam 5 sore, aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumahku. Seperti biasa, aku kembali berjalan menyusuri jalan berpaping untuk sampai ke halte Bikun sebelum akhirnya sampai di stasiun UI. Sesampai di stasiun aku membeli tiket kereta dan kemudian menunggu kereta datang sambil memainkan games di iPhoneku.

Akhirnya kereta datang, untungnya aku dapat tempat duduk, kereta memang cukup ramai sih tapi masih bisa duduk, hanya beberapa orang yang berdiri dalam satu gerbong. Ketika kereta berhenti di Stasiun Lenteng Agung, ada nenek-nenek yang memikul bakul di pundaknya. Saat itu tempat duduk di gerbong tempatku dan nenek itu berada semuanya terisi penuh. Akhirnya jiwa sosialku muncul, aku memberikan tempat duduk kepada nenek itu, beliau tersenyum kepadaku sambil berkata “terimakasih, ndookk.”
Seraya memberikan tempat duduk kepada nenek, aku berdiri dengan sedikit tergesa-gesa sehingga menyenggol beberapa orang di dekatku. Setelah aku dapat berdiri dengan sempurna aku berpegangang pada sebuah tiang di pinggir tempat duduk. Aku melihat di seberangku seperti siluet dari Pria-Pencuri-Hatiku. Tapi aku ragu itu dia, aku memperhatikan pakaian yang digunakannya. Memakai jaket jeans, kupluk, celana jeans belel. Ingin sekali menegurnya, tapi gengsi ini seperti benteng. Dia juga tidak menata[ ke arahku sedikitpun. Aku berada dalam kegalauan yang pelik, antara menegur atau tunggu ditegur.

Selang beberapa menit aku hanya memperhatikan Pria itu, dengan segenap keberanian dan menghamburkan semua gengsiku, aku pun mencoba untuk menegurnya. 
“Maaf, mas yang tadi siang ya?”
“eh.. hmm.. iya bener, mbak yang bukunya ketinggalan itu kan? Ada apa ya mbak?”
“enggak, aku cuman mau ucapin terimakasih ya udah nemuin buku aku,  terimakasih banyak banyaaaakk deh mas hehe”
“akh, iya gpp.. santai aja lagi. Eh iya, jangan manggil mas dong. Panggil aja Gio.”
“Oke deh Gio. Makasih, nama aku Khanza” kemudian kami saling berjabat tangan, berkenalan secara personal. Persis seperti yang ada di hayalanku.

Kami ngobrol banyak sekali, di dalam kereta yang semakin lama semakin sumpek di pinggir tiang di gerbong ke lima. Aku merasa dekat, sangat dekat dengan Gio. Mahasiswa arsitektur UI 2009. Ia menyukai Pak Dibyo sang kondektur paduan suara mahasiswa baru sama banyaknya seperti diriku. Dia juga menyukai music Jazz dan Country. Dia suka Taylor Swift! Dia suka menggambar tapi dia bilang gambarannya jelek sekali. Tapi aku tidak mempercayainya. Kami sama-sama penggemar berat Soekarno. Kami juga sama-sama punya mimpi untuk pergi ke Waterfall House di America suatu saat nanti. Aku merasa sudah mengenal Gio sangat dalam walau hanya 15 menit berkenalan. Aku tidak tau dia tinggal dimana, yang jelas dia turun di halte yang sama denganku. Kami melanjutkan obrolan kami sampai aku dijemput supirku di depan stasiun, ia menungguiku. Kami saling melontarkan ucapan sampai jumpa dan terimakasih ketika aku di jemput.
“Gio, itu supir gue udah jemput. Nice to meet youuu.. “
“oh iya, hati-hati za di jalan. Kalo ketemu di kampus negor-negor yaa.. “
“iya, sip deh bosss…”
Begitu aku duduk di mobil, aku menyetel beberapa lagu Jason Mraz. Rumahku ditempuh selama 10 menit dari stasiun dengan menggunakan mobil, sebenarnya aku berasal dari Lampung, disini kakekku memiliki rumah yang sudah lama di sewakan , jadi begitu aku terima di UI. Keluarga besarku setuju rumah itu tidak di sewakan lagi, dan menjadi tempat tinggalku selama aku kuliah disini.

Tiba-tiba aku merasa ada yang sedikit terlupa. Ya Tuhan…. Aku lupa menanyakan nomor telponnya! Aku menyesal setengah mati rasanya. Ah iya! Aku cari saja di google. Aku mengeluarkan iPhoneku dan mulai mencari di Google. Ah tidak!! Aku cuman tau namanya Gio, berapa banyak orang di dunia ini yang bernama Gio!!

aku kembali menjadi sangat lemas dengan kenyataan yang seperti ini. Padahal baru saja mimpiku menjadi kenyataan. aku badmood setengah mati dengan kenyataan ternyata kebodohanku semakin menjadi-jadi. Hanya berharap akan adanya Keajaiban yang nanti dapat membuatku bertemu lagi dengan Gio di tengah-tengah 30anribu mahasiswa aktif di UI. 

Tapi dalam hati kubenamkan obrolanku selama kurang lebih 20 menit tadi sangat berkesan dan membekas di hatiku. Bahkan aku hapal bagaimana ia mengucapkan opini, cara senyumnya, dan mimiknya ketika penasaran. Hal ini tidak akan pernah aku lupakan.
 Aku kembali ke kehidupanku sebagai mahasiswa baru yang cukup raji dalam mengerjakan PR. Begitu sampai di rumah aku mengerjakan beberapa tugasku lalu pergi tidur. Setiap malam aku search “Gio” di twitter mungkin ada keajaiban yang bisa mengantarkanku bertemu dengannya suatu saat nanti. Tapi kembali lagi, kata kunci “Gio” dalam mesin pencari itu terlalu luas. Dan sangat mustahil sekali langsung menemukannya. Sesekali aku mencari dengan “Gio Sang Pencuri Hatiku” untuk sedikit menghibur diriku. Lucu sekali terkadang.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu setelah 5 minggu seteah kejadian perkenalanku dengan Gio aku semakin sedikit memikirkan dia. Namun hanya sedikit pengurangannya, aku tetap saja masih membayangkan senyumnya.
Aku menjalani hari-hariku lebih ceria akhir-akhir ini. Jadi saat itu aku bermain dengan temanku. Aku menceritakan tentang kegusaranku akan teman di kelasku. Dan mereka justru bilang, mereka sangat ingin berteman denganku, tapi mereka berfikir bahwa aku tidak ingin berteman dengan mereka. Aku hampir menangis mendengarnya. Aku bahagia sekali ternyata aku selama ini salah paham dengan teman-temanku. Aku mulai berbagi beberapa cerita dan rahasia dengan mereka. Bahkan aku menceritakan tentang Gio kepada mereka.

Jadi, setiap kami jalan melewati Fakultas Teknik mereka selalu menggodaku dengan memanggil manggil “Gio… ada salaaaammm dari Khanza, katanya I Love You” terkadang temen-teman dekat baruku ini sangat lucu sekali dan pandai membuat wajahku merona. Aku bahagia sekali sekarang hatiku sudah dapat berdamai dengan lingkungan dan teman baru di sini. Walaupun aku berasal dari daerah, tapi senyuman-senyuman gadis ibukota yang sekarang ini menjadi temanku ini sudah dapat membuatku bahagia dan merasa betah dengan kehidupan disini.

Aku pulang kerumah, dan langsung menuju kamarku merebahkan badanku yang sangat lelah setelah kuliah seharian. Aku berfikir tentang beberapa kejadian di kampus, alangkah bodohnya aku yang memelihara gengsi, tidak berterus terang, dan tidak mau mengkomunikasikan apa yang dirasakan dengan baik. Aku merasa menderita pada awalnya karna egoku sendiri. Tapi lihatlah ketika aku sudah mulai sedikit membuka hati kepada dunia, dan mulai berdamai pada cemas, ego, dan perasaan ditinggalkan. Dunia berkontribusi untuk mengindahkan hatiku. Dan, seandainya saja saat itu aku berkomunikasi dengan Gio untuk meminta nomor kontaknya, rindu yang hampir membunuhku ini tidak akan hadir.

aku menghidupkan laptop seperti biasa membuka Youtube dan Gmail. Lalu hobiku untuk kepo Gio kembali muncul. “Gio Mahasiswa UI” muncul dengan banyak sekali suggestion. “Gio Arsitektur UI” dan sekali lagi tidak menemukan apa-apa di Google. Aku lanjut twiteran dan jiwa isengku mencari Gio di fasilitas search tweet di twitter. Kali ini dengan “Gio Arsi UI” enter!


 




Rabu, 24 Oktober 2012

Bait Hati

Terngiang untaian kata sejuk yang kau hembuskan
Suatu pagi aku memutuskan untuk menolak sepi yang selama ini aku rasakan
Aku menatapmu dengan penuh harap
Memberi setangkai cinta untuk kamu tangkap
Sayang seribu sayang, matamu yang selalu menjadi penyejuk jiwa itu meredup
dan memilih untuk berpaling
Meninggalkanku dengan setangkai cinta di genggamanku yang menunggu untuk layu

Minggu, 14 Oktober 2012

kamu tahu, dik?


 Hari ini aku sedang latihan, dik! Kau mau tau aku latihan apa? Yup. Aku latihan yel-yel untuk mabim vokasi akuntansi yang akan diadakan minggu depan. Aku bahagia sekali bisa masuk di universitas yang paling keren satu Indonesia.

Oh ya, kamu tau gak? Aku juga buat name tag untuk acara itu. nametagnya besar sekali. Diameternya saja 60 cm. kebayangkan aku bakal tenggelem mengunakannya karna badanku yang kecil ini. Dan kamu tau, itu akan berlangsung selama 3 minggu loh!

Karna hari ini, hari terakhir latihan memperagakan yel-yel dan membuat nametag jadi aku pulang sedikit sore. Dan sayangnya aku terjebak hujan untuk sampai di kosan. Aku masih berada di balairung, dik. Akhirnya aku bermagrib di teras balairung. Kau tau ini adalah hujan pertamaku di depok. Depok sangat panas, dik. Dan karena itu hujan yang indah ini nilainya menjadi semakin tinggi. Andai kau masih disini. Aku pasti sudah pamer keindahan kampusku ya dengan berbagai fasilitas disini dan tentunya dengan orang-orang terbaik di negeri ini. Selanjutnya, aku akan memaksa kamu untuk berkampus disini tahun depan dengan meminta kamu untuk belajar dan menyalahkan kegiatan hura-huramu yang terlalu banyak. Dan akan kau balas ucapanku itu dengan makian yang tinggi hati. Lalu kita akan bertengkar, dan malam harinya kita tidur di kasur yang sama di kamar Ayah dan Ibu dan merasa tidak pernah bertengkar sebelumnya.

Tapi kalau kau masih ada disini, aku yakin kau akan benar-benar iri dengan pemandangan hujan di tepi teras balairunng yang sekarang sedang aku nikmati. Aku dapat melihat danau di bawah kakiku. Aku dapat merasakan kaldu air hujan dengan mendongakkan kepalaku dan menjulurkan lidahku. Dan aku terpesona serta jatuh cinta dengan lampu-lampu pada senja hari yang menggantung di perpustakaan UI tepat di depan mukaku. Dan kau, pasti benar-benar cemburu karna ini.

Namun karna kau sekarang sudah tidak ada disini, aku jadi ragu kau akan cemburu. Karna mungkin kau sudah menikmati keindahan yang berjuta kali lipat daripada ini di surga. I miss you bro, selamat ulang tahun, btw.


 

write, read, love. Template by Ipietoon Cute Blog Design